berpuluh-puluh purnama yang telah berlalu……
berlalu menghantarkan nostalgia biru ke dalam salju yang kelam
lilin-lilin harapnku nyaris padam
ditelapak tangan alunan puisi asmara telah hilang dalam pendengaran
memaksa perjalanan cinta kita harus berhenti dipersimpangan
kitapun kembali bertanya…..
siapakah gerangan yang menodahi kesucian ini
gelombang pasang dan surut menjilat-jilat dipergelangan kaki
ketika kita berdua bangkit dalam suraman sutra cinta dikampung yang sepih dan gelisah
kemana lagi aku pergi membawa luka dihati ini
gejolak hatiku selalu dilanda penderitaan
diriku yang tak pernah mendapat kebahagiaan hidup
liku-liku dalam hidupku yang tak kunjung berakhir
harapan demi harapan tetap menghanyut mengakhiri langkahku yang tak pasti
sekilas kupandang kau lepaskan untuk mengakhiri pertemuan kita
kau tuangkan sebening harapanku untuk mengawali perpisaahn kita
rasanya kuingin mati saja tapi belum tiba ajalnya
menganyut nyawaku ingin kuteriak tapi aku tak mampu
biarlah kutelan sendiri menerima kepahitan hidup ini
garis vertikal yang menghubungkan engkau dan aku tiba-tiba hancur berantakan
akibat kemauan dan pendirianmu yang begitu kasar dan kejam
namun semuanya itu aku terima dari fasa awal untuk menghadapi yang berikutnya sebagai pegangan hidupku dalam dunia cinta.
No comments:
Post a Comment